By admin YSPI
0 Comments
Kanker Payudara bukanlah penyakit kutukan karena banyak berbuat dosa. Kanker Payudara bukanlah penyakit yang memalukan dan harus disembunyikan. Kanker Payudara bukan penyakit menular. Penyintas Kanker Payudara perlu didukung dengan penghargaan dan kasih sayang, bukan dikasihani atau dijauhi.
Sahabat Smart, suatu proses merupakan hal yang wajar. Setiap orang akan membutuhkan waktu menuju tahap menerima dan akhirnya siap berjuang. berikut lima tahap penyesuaian diri yang akan dialami saat seorang di vonis Kanker Payudara, yaitu:
Wanita yang pernah menyusui berhubungan dengan penurunan risiko kanker payudara subtype luminal. Studi meta-analisis dari India mengungkapkan bahwa tidak pernah menyusui, nullipara, usia menarche <13 tahun, usia menopause >50 tahun, kehamilan anak pertama di usia <25 tahun, IMT diatas normal, status pascamenopause serta tidak menikah merupakan faktor risiko kanker payudara. Menyusui memiliki hubungan inversi dengan risiko kanker payudara.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara aspek pemakaian bra (ukuran cup bra, kebaruan, jumlah rata-rata jam/hari dipakai, memakai bra dengan kawat, atau usia pertama kali mulai memakai bra secara teratur) dengan risiko kanker payudara.
Lemak total dan jenuh yang tinggi dikaitkan dengan risiko kanker payudara ER+PR+ yang lebih besar, tetapi bukan subtipe ER−PR−. Lemak jenuh tinggi secara statistik secara signifikan terkait dengan risiko kanker payudara HER2− yang lebih besar. Asupan lemak jenuh yang tinggi terutama meningkatkan risiko kanker payudara reseptor-positif, menunjukkan keterlibatan lemak jenuh dalam etiologi subtipe kanker payudara jenis ini.
Sejumlah besar studi observasional telah menunjukkan bahwa obesitas dan penambahan berat badan semuanya berhubungan dengan kelangsungan hidup yang buruk pada pasien dengan kanker payudara. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kadar lemak dalam tubuh yang tinggi mengarah pada prognosis yang lebih buruk pada penderita kanker payudara pre-menopause maupun pasca-menopause.
Sebuah kesimpulan dari studi meta-analisis menujukkan bahwa kontrasepsi oral tampaknya tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Namun, penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan jangka penuh pertama atau menggunakannya lebih dari 5 tahun dapat mengubah pertumbuhan sel kanker payudara. Risiko kanker payudara lebih tinggi didapatkan pada wanita yang saat ini atau pernah menggunakan kontrasepsi hormonal dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi, dan risiko ini meningkat seiring dengan durasi penggunaan kontrasepsi hormonal.
Ada cukup data tentang induksi kanker payudara melalui penggunaan ponsel dan perangkat nirkabel tetapi proliferasi sel kanker melalui paparan EMR seperti nirkabel (2,45 GHz) baru-baru ini dilaporkan. Medan magnet ELF ambien 217 Hz dari ponsel dapat meningkatkan angiogenesis baik secara in vitro maupun in vivo sehingga mungkin dapat mendorong pertumbuhan tumor. Studi ini merekomendasikan pasien kanker untuk tidak terpapar ponsel.
Satu studi menunjukkan bahwa pasien kanker payudara menderita tingkat akumulasi pp′-dichlorodiphenyldichloroethane dan polychlorinated biphenyls-52 yang tinggi. Namun, konsentrasi pp′ dichlorodiphenyldichloroethane dan polychlorinated biphenyls-52 tidak berhubungan dengan parameter klinikopatologi kanker payudara. Analisis regresi logistik lebih lanjut menunjukkan poliklorinasi bifenil-52 dan pp′- diklorodifenildikloroetana merupakan faktor risiko kanker payudara.
Konsumsi teh dan kopi tidak berhubungan dengan penurunan risiko kanker payudara pada wanita yang sudah menopause, namun berhubungan dengan adanya potensi penurunan risiko kanker payudara dengan reseptor estrogen (ER-BC). Dosis asupan kafein maksimal yang direkomendasikan yaitu 2-3 cangkir kopi dan/atau ≥5 cangkir teh per hari dimana mereka mempunyai potensi proteksi terhadap kanker payudara.
Click one of our contacts below to chat on WhatsApp