Aktivitas Fisik
Berbagai penelitian secara meyakinkan membuktikan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan risiko kanker payudara. Anak-anak perempuan yang berolahraga rutin akan mengalami penundaan menarche (mens pertama). Remaja yang memiliki aktivitas fisik intensitas tinggi (atlet) memiliki efek pencegahan kanker payudara yang baik.
Pada perempuan berusia kurang dari 40 tahun, penurunan risiko kanker payudara yang bermakna didapatkan jika perempuan tersebut memiliki aktivitas fisik rutin dibanding perempaun yang tidak melakukannya. Aktivitas fisik ringan, seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berkebun, dan jalan santai, tidak diperhitungkan sebagai aktivitas fisik pada penelitian yang ada, karena aktivitas fisik yang dimaksudkan adalah aktivitas fisik dengan target denyut jantung tertentu. Efek terkuat aktivitas fisik dalam menurunkan risiko kanker payudara didapatkan pada kelompok perempuan yang belum menopause dengan indeks massa tubuh (IMT) < 25 kg/m2. .
Pada perempuan yang sudah terdiagnosis kanker payudara, aktivitas fisik juga memegang peranan penting untuk mengurangi risiko kekambuhan. Anjuran umum untuk latihan fisik yang dapat menurunkan risiko mendapatkan / mengalami kekambuhan kanker payudara adalah : latihan fisik berintensitas sedang, sebanyak 5 kali per minggu, dengan durasi masing-masing selama 30 menit. Tidak sulit bukan ?
Berat Badan
IMT merupakan hasil perhitungan berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Seorang perempuan dianjurkan untuk berada pada kisaran IMT 20-25 kg/m2, untuk mengurangi risiko kanker payudara.
Contoh cara menghitung IMT :
Ibu Wita, tinggi badan 160 cm, berat badan 55 kg.
Maka IMT Ibu Wita :
Berat (Kg) / (Tinggi badan (m))2 =
55 / (1,6)2 = 50/2,56 = 21,48 kg/m2
Maka disimpulkan IMT Ibu Wita ideal.
Panduan umum mengenai berat badan pada perempuan dikaitkan dengan risiko kanker payudara adalah : Selama masa awal dewasa (remaja), kelebihan berat badan dikaitkan dengan rendahnya kejadian kanker payudara pada saat perempuan tersebut nanti menopause. Tapi penambahan berat badan setelah usia 18 tahun berhubungan dengan peningkatan risiko yang penting untuk terjadinya kanker payudara saat menopause kelak.
Berat badan yang berlebih atau obesitas setelah menopause meningkatkan risiko kanker payudara karena terjadi peningkatan produksi estrogen pada jaringan lemak. Sebelum menopause, sel telur memproduksi estrogen dalam jumlah besar, sedangkan jaringan lemak memproduksi estrogen dalam jumlah kecil. Setelah menopause, ovarium berhenti memproduksi estrogen sehingga sebagian besar estrogen diproduksi oleh jaringan lemak.
Selain hormon estrogen terjadi juga peningkatan hormon insulin dalam darah pada mereka yang memiliki berat badan berlebih saat menopause. Kadar insulin ini juga menjadi indikator beberapa jenis kanker, salah satunya adalah kanker payudara.
Rokok
Berbagai penelitian ilmiah skala besar menunjukkan adanya hubungan antara merokok dalam jangka waktu lama pada perempuan yang belum pernah melahirkan satu kalipun dengan risiko kanker payudara. Risiko yang sama dimiliki perempuan yang mulai merokok sejak remaja dan melanjutkannya hingga lebih dari 20 tahun. Hal ini karena jaringan payudara lebih sensitif terhadap karsinogen (zat penyebab kanker) pada masa antara awal pubertas dengan kehamilan lengkap pertama.
Penelitian lain mendapatkan hasil risiko kematian akibat kanker payudara yang sangat tinggi pada perempuan (berapapun usianya) yang mengonsumsi rokok di atas 20 bungkus per tahunnya. Perokok pasif diperkirakan juga mengalami peningkatan risiko kanker payudara karena asap buangan rokok memiliki sifat karsinogenik lebih besar daripada asap yang dihirup perokok aktif, terutama jika perokok pasif tersebut telah menghisap asap rokok sejak usia kecil dan terus berlanjut hingga dewasa, baik di rumah maupun di tempat bekerja.